Percikan Kesedihan adalah Semburan Kebahagiaan

28/01/2011 11:09

 Percikan Kesedihan adalah Semburan Kebahagiaan

 

Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan dan kemampuan yang dikirimkan oleh Al-Khaliq, karena Dia-lah Sumber tenaga bagi makhluk-Nya, Dia yang dapat membangkitkan azzam dan tekad manusia dengan hidayah dan karunia-Nya. Sungguh lemah diri kita di hadapan-Nya, hina, hina, dan bahkan terhina karena keangkuhan dan kesombongan yang senantiasa kita banggakan.

***

Sedih merupakan kata yang jika dilafazkan terdapat dua kata yang terhembus oleh lidah kita : "Se" dan "Dih". Siapa yang tidak mengenal “Sedih”? Burung yang terbang, ikan yang berenang, katak yang senantiasa melompat-lompat, bahkan makhluk yang paling sempurna pun pernah merasakah Kesedihan.

Kesedihan bukan akhir dari segalanya, kesedihan bukanlah penutup sebuah lembar jawaban, dan kesedihan bukanlah sertifikat tamat dari sebuah pengharapan.

Kesedihan adalah tanaman yang harus kita rawat dan kita jaga keelokannya, kita syukuri keberadaan-Nya. Ingatlah akan cerita singkat nabi Musa yang dimuseumkan dalam sebuah Buku Agung yang merupakan Taujih–taujih suci dari Ilahi Rabbi.

Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia : "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata : "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim."
(QS. Al-A’raaf : 150).

Kesedihan akan jadi tak berarti jika hanya dijadikan kambing hitam, karena rasa sedih akan memicu diri untuk mengeluarakn Emosi dan Nafsu Syaithan, maka hendaknya kita senantiasa menahan kesedihan itu dengan memancarkan kekuatan pantang penyerah dan yakinlah suatu ketika akan datang tempat dan masa yang membalikkan arah yang berpihak pada kita menjadi kebahagiaan.

Perlu kita ketahui, diri kita adalah Sebesar dan Sekecil sesuai dengan apa yang kita rasakan. Jika kita merasakan kesedihan, maka kesedihan itulah yang akan menjadi besar sehingga akan mengecilkan hati dan fikiran kita yang mana akan membuat diri ini hanyut bahkan kufur pada Allah SWT. Akan tetapi jika kita merasakan kebahagiaan dari apapun yang terjadi pada diri kita, maka Allah akan membesarkan Hati dan Iman kita yang mengecilkan segala sesuatu yang dapat merubah diri kita menjadi makhluk hina di hadapan-Nya.

Ya, kadang kita senantiasa mengeluarkan banyak alasan untuk membenarkan akan kesedihan yang kita rasakan. Namun, sebenarnya menyemangati diri untuk terlepas dari kesedihan itulah yang jauh lebih bagus. Oleh karena itu, mulailah diri ini untuk tidak hanya menenggelamkan diri dalam kesedihan yang berlarut demi mencipkan kepuasan yang semu, tetapi bertanyalah pada diri, apa tujuan atas kesedihan yang kita lakukan?

Melanjutkan penggalan firman Allah di atas, “Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.“ (QS. Al-Qashash : 28).

Ingat dan tanam serta lekatkan pada diri kita, bahwa Allah akan mengayomi kita, Allah akan memberikan kita yang terbaik (kebahagiaan) sesuai dengan janji-janji-Nya, dan janji Allah sebaik-baik janji yang tidak akan meleset sedikit pun. Namun banyak sekali manusia yang tidak mengetahuinya atau bahkan tidak mau tahu atas-Nya. Na’udzubillah…

Dengan kemampuan yang diberikan Allah pada diri kita dan dengan Kepercayan-Nya, diri kita pun disuruh mengelolanya, tanpa ada pilihan lain kecuali meningkatkan dan mengubah diri kita menjadi orang yang bahagia dengan apa yang kita miliki dan merasa bangga dengan apa yang kita dapat serta senantiasa mensyukuri atas segala yang diberikan-Nya. Kesedihan yang timbul itu harusnya kita evaluasi, bisa juga karena hati ini bermasalah, sehingga masalah yang datang pada hati kita, bukan karena masalah yang mendatangi kita lalu hati kita bilang hati kita bermasalah. Dan sebaliknya, jika kita buat hati ini merasa bahagia, maka akan datang kebahagiaan pada diri kita, bukan karena kebahagiaan datang lalu hati kita bahagia.

Keyakinan yang perlu kita pertajam kembali bahwa Allah akan mengubah percikan kesedihan yang ada pada diri kita menjadi semburan kebahagiaan di mana pun dan dalam kondisi apa pun, karena bukan kondisi dan keadaan yang akan mampu membuat diri ini menjadi bahagia dan menjadi tolak ukur atas kebahagiaan kita. Kita masih punya Allah sang Pujaan Harapan.

Oleh karena itu, doronglah diri ini bahwa di belakang kita terdapat kekuatan yang tak ada batasnya, dan di depan kita akan tumbuh kemungkinan yang tidak berujung, serta di samping kanan dan kiri kita terdapat kesempatan yang tak mungkin habis oleh kemampuan kita untuk berbuat.

Jadi, hindari kesedihan! Karena dengan menghindari kesedihan, berarti kita akan membuat diri ini menjadi lebih segar. Bukan hanya itu, dengan menghindari kesedihan, kita akan merasakan nikmatnya kebahagiaan. Dan yakinlah, setiap insan akan mendapatkan kemerdekaan berupa semburan kebahagaiaan dari Allah SWT. Tapi, kita jangan sampai terhanyut dengan kebahagian jika sudah mendapatkannya, tetap jaga kondisi diri untuk tetap bersyukur kepada kekasih hati, Ilahi Rabbi.

Akhirnya, jangan sakiti hati dengan menyimpan kesedihan. Buatlah hati senantiasa senang dan bahagia, karena Allah sesuai dengan hati hamba-hamba-Nya.